MESIN PENEPUNG BULU / MESIN GILING BULU

MESIN PENEPUNG BULU / MESIN GILING BULU / MESIN PENGHANCUR BULUUNGGAS




Terdengar sedikit aneh memang, tepung ini dihasilkan dari bulu yang didapat dari bahan sisa industri pemotongan maupun ayam tak layak konsumsi manusia. Cara pembuatannya: bulu dibersihkan dulu, di masak dengan suhu tinggi (hidrolisis), ditiriskan, dikeringkan baru kemudian digiling halus. Meskipun kandungan protein tepung bulu unggas sangat tinggi sekitar 85%, tapi tidak semuanya dapat diserap oleh ayam, sebagian besar akan terbuang lewat kotoran. Karena kandungan asam aminonya relatif rendah maka penggunaan dalam campuran pakan sebaiknya hanya sekitar 2 % saja. Jenis makanan ini tidak dianjurkan bagi pakan untuk anakan atau ayam muda. Ada pula di gunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelet ikan apung untuk meningkatkan daya apung pelet terhadap air

Berikut Spesifikasi Mesinnya


- Kapasitas                 : 10-20 kg/jam
- Material Pisau          : Besi Baja
- Penggerak                : Diesel 8 HP
- Dimensi                   : 800 x 600 x 1000 mm
- Material Penggiling : Plat Besi
- Rangka Mesin         : Besi Siku
Transmisi                 : V-belt Dan Pulley

- Kapasitas                 : 30 – 40 kg/jam
Material Pisau          : Besi Baja
- Penggerak                : Diesel 16 HP
- Dimensi                   : 900 x 600 x 1000 mm
- Material Penggiling : Plat Besi
- Rangka Mesin         : Besi UNP
- Transmisi                 : V-belt Dan Pulley

- Kapasitas                 : 50 – 80 kg/jam
Material Pisau          : Besi Baja
- Penggerak                : Diesel 22 HP
- Dimensi                   : 1000 x 600 x 1000 mm
- Material Penggiling : Plat Besi
- Rangka Mesin         : Besi UNP
- Transmisi                 : V-belt Dan Pulley

Melayani Pengiriman Ke : 
Banda Aceh, Langsa, Lhokseumawe, Sabang, Subulussalam, Binjai, Gunungsitoli, Medan, Padang, Sidempuan, Pematangsiantar, Sibolga, Tanjungbalai, Tebing Tinggi, Bengkulu, Jambi, Sungaipenuh, Dumai, Pekanbaru, Bukittinggi, Padang, Padang Panjang, Pariaman, Payakumbuh, Sawahlunto, Solok, Lubuklinggau, Pagar Alam, Palembang, Prabumulih, Bandar Lampung, Metro, Pangkalpinang, Batam, Tanjungpinang,Jawa ,Bandung, Banjar, Batu, Bekasi, Blitar, Bogor, Cilegon, Cimahi, Cirebon, Depok, Jakarta, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Kediri, Madiun, Magelang, Malang, Mojokerto, Pasuruan, Pekalongan, Probolinggo, Salatiga, Semarang, Serang, Sukabumi, Surabaya, Surakarta, Tasikmalaya, Tangerang, Tangerang Selatan, Tegal, Yogyakarta,Kalimantan ,Pontianak, Singkawang, Banjarbaru, Banjarmasin, Palangka Raya, Balikpapan, Bontang, Samarinda, Tarakan,Nusa Tenggara ,Denpasar, Bima, Mataram, Kupang,Sulawesi ,Gorontalo, Makassar, Palopo, Parepare, Baubau, Kendari, Palu, Bitung, Kotamobagu, Manado, Tomohon,Maluku ,Ambon, Tual, Ternate, Tidore Kepulauan,Papua ,Jayapura, Sorong, Bangka, Belitung

Untuk Mengetahui Info Lebih Lengkap Untuk Harga Jual Mesin - Mesin Tersebut Silahkan Kontak


082138161990 ( SIMPATI )

087739688150 ( XL )



PENELITIAN MANFAAT BULU UNTUK PAKAN TERNAK

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Peneliti Prof. Dr. Ir. I Wayan Mathius MSc APU dari Balai Riset Ternak (Balitnak), Bogor, Jawa Barat, memiliki pendapat, bulu ayam wajar jadi sumber protein buat pakan ternak ruminansia (hewan yang memamah biak) . 

Ini dapat jadi jalan keluar sebab tersedianya hijauan yang makin tipis karena alih peranan tempat pertanian jadi pemukiman serta industri. 

Bulu ayam mempunyai kandungan protein kasar 83,74% semakin besar dibanding dengan bungkil kedelai (42,5%) atau tepung ikan (66,2%) yang seringkali dipakai jadi elemen penting sumber protein dalam ransum. 

Diibaratkan populasi ayam pedaging di Indonesia sampai 1 miliar. Pemotongan ayam rata-rata dikerjakan pada usia 35 hari dengan berat per ekor 1—2,2 kg. Bila rata-rata berat ayam yang dipotong ialah 1,4 kg karena itu keseluruhan berat potong 1,4-miliar kg. 

Bulu ayam memberi bagian 6% dari keseluruhnya berat hidup ayam potong. Karena itu kekuatan bulu ayam potong kering bisa sampai 84-juta kg per tahun. 

Namun, kandungan protein yang tinggi itu belum dibarengi dengan nilai biologis yang tinggi. Tingkat kecernaan bahan kering serta bahan organik bulu ayam semasing ialah 5,8% serta 0,7%. 

Rendahnya nilai kecernaan dikarenakan oleh protein bulu ayam yang berupa keratin. Keratin adalah protein yang kaya asam amino bersulfur yakni sistin. Ikatan disulfida yang dibuat antara asam amino sistin mengakibatkan protein susah diolah. 

Untuk menangani hal tersebut karena itu ikatan sulfur yang menempel pada protein sistin harus dipisah. Ini dikerjakan supaya enzim tripsin serta pepsin dalam aliran cerna ruminansia dapat mengolah protein dari bulu ayam. 

Pembelahan ikatan sulfur bisa dikerjakan dengan bermacam, seperti perlakuan fisik dengan penataan pemanasan serta desakan, menambahkan asam serta basa (HCl serta NaOH), dan dengan enzimatis manfaatkan mikroorgansime. Pembelahan itu membuahkan tepung bulu ayam yang bisa dipakai jadi pakan ternak. 

Menurut Wayan tepung bulu ayam bisa diberi sampai optimal 40% dari protein ransum. Buat ruminansia sedang tumbuh dibutuhkan dosis 10% protein ransum. Pemakaian tepung bulu ayam jadi pakan ruminansia adalah satu terobosan yang bagus. Jika kandungan nutrisi tepung bulu ayam mencukupi, harga dapat dijangkau, serta tanggapan biologis ternak bagus juga, karena itu tepung bulu ayam wajar jadikan sumber nutrisi pakan ternak ruminansia.(WO/KW) 

Sumber : https://news.trubus.id/baca/1747/bulu-ayam-ternyata-bisa-dipakai-untuk-pakan-ternak


Penambahan populasi ternak pada umumnya harus di imbangi dengan penyediaan serta pemberian pakan yang ideal baik dengan jumlah serta kualitas. Oleh karenanya, peternak harus lakukan pengembangan dalam pemberian pakan. Industri perunggasan di Indonesia berkembang dengan cepat, hingga membuahkan sampah yang banyak, diantaranya yakni bulu ayam. Kandungan protein yang tinggi pada bulu ayam, bisa di untuk jadikan pakan. 

Masalah penting pemakaian tepung bulu ayam dalam ransum untuk ternak ialah rendahnya daya cerna protein bulu. Ternak yang paling disayangi dalam soal ini ialah penghasil daging serta telur, seperti ruminansia serta unggas. Rendahnya daya cerna protein bulu itu dikarenakan sejumlah besar kandungan protein kasar berupa keratin (Sri indah, 1993). Permasalahan yang ditemui oleh peternak Indonesia, tidak hanya masih pemula pada tepung bulu ayam pun tidak tahu aplikasi pemberian ukuran tepung bulu ayam yang pas pada ruminansia. 

Bulu ayam adalah sampah dari rumah pemotongan ayam (RPA) dengan jumlahnya berlimpah serta selalu makin bertambah bersamaan bertambahnya populasi ayam serta tingkat pemotongan jadi karena bertambahnya keinginan daging ayam di pasar. Bulu ayam sampai sekarang ini sedikit digunakan serta cuma sejumlah kecil saja yang digunakan jadi bahan untuk bikin kemoceng, pengisi jok, pupuk tanaman, kerajinan tangan/hiasan serta shuttle cock (Adiati, 2004). 

Menurut Packham (1982) jika hasil dari pemotongan tiap ekor ternak unggas akan didapat bulu sekitar ± 6% dari berat hidup (berat potong ± 1,5 kg). Sebelum bulu ayam diserahkan ke ternak, diproses terlebih dulu jadi tepung. Pemrosesan hidrolisis bulu ayam pada prinsipnya untuk lemahkan atau putuskan ikatan dalam keratin. Beberapa cara pemrosesan sudah di teliti untuk tingkatkan kecernaan bulu ayam. Pemrosesan bulu ayam jadi tepung bisa dikerjakan dengan cara-cara, diantaranya: 

Pemrosesan dengan fisik, yakni: Sampah bulu ayam yang diolah memakai tehnik fisik bisa dikerjakan dengan desakan serta suhu tinggi, yakni pada suhu 105°C dengan desakan 3atm serta kandungan air 40% sepanjang 8 jam. Sampel yang telah bersih akan di autoklaf, lalu dikeringkan serta siap untuk digiling (Adiati, 2004). 

Pemrosesan dengan kimiawi: Proses kimiawi dikerjakan dengan menambahkan HCl 12%, dengan ratio 2:1 pada bulu ayam yang telah bersih, lalu disimpan dalam wadah tertutupselama empat hari. Sampel yang sudah di rendam oleh HCl 12% lalu dikeringkan serta siap untuk digiling jadi tepung. 

Pemrosesan dengan enzimatis: Bulu ayam yang diolah dengan tehnik enzimatis dikerjakan dengan memberikan tambahan enzim proteolitik 0,4% serta disimpan sepanjang dua jam pada suhu 52°C. Bulu ayam lalu dipanaskan pada suhu 87°C sampai kering serta digiling sampai jadi tepung. 

Pemrosesan dengan kimia dengan basa: pemrosesan dengan kimia memakai basa, bisa dikerjakan dengan memberikan tambahan NaOH 6%, dibarengi pemanasan serta desakan memakai autoklaf. Bulu ayam yang telah siap lalu dikeringkan serta digiling (Puastuti, 2007). 

Kandungan asam amino bulu ayam hasil dari riset tunjukkan beberapa angka yang merangsang dalam pengaturan ransum buat ternak yang paling disayangi. 

Tepung bulu ini memiliki daya metabolis (M.E) sebesar 2.354 kalori/ kg serta asam amino ada sebesar 95 persen. Jadi 35 persen asam amino yang ada dalam tepung bulu tidak ada untuk unggas serta terbuang keluar . Berikut penyebabnya tepung bulu tidak dapat kebanyakan dimasukkan dalam formula ransum. Meskipun memiliki kandungan protein lumayan tinggi serta kaya asam amino mendasar, tepung bulu mempuyai unsur penghalang seperti kandungan keratin yang dikelompokkan pada protein serat. Kandungan protein kasar yang tinggi dalam tepung bulu ayam itu tidak dibarengi oleh nilai biologis yang tinggi. Ini mengakibatkan nilai kecernaan bahan kering serta bahan organik pada tepung bulu ayam rendah. (Tillman , 1982). 

Ternak ruminansia membutuhkan nutrisi untuk keperluan hidup inti, perkembangan, reproduksi, laktasi, gerak serta kerja. Dengan begitu pemberian protein serta nutrisi yang lain sebaiknya diakui sesuai dengan keperluan itu, atau mungkin dengan kata lain , pemberian pakan sesuai dengan pembagian keperluan ternak. Menambahkan tepung bulu ayam pada sapi, kambing serta domba (ruminansia) mempunyai tujuan untuk tingkatkan nilai pakan serta meningkatkan daya. Tingginya pemberian pakan tambah energi mengakibatkan penambahan mengonsumsi serta daya cerna sumber pakan rumput atau hijauan yang rendah kualitas. Diluar itu pemberian konsentrat tersendiri bisa membuahkan asam amino essensial yang diperlukan oleh badan. Menambahkan tepung bulu ayam dapat mempunyai tujuan supaya zat makanan langsung dapat diserap di usus tanpa ada terfermentasi di badan. 

Pada ternak ruminansia nilai protein yang tidak diolah oleh rumen dari bulu ayam yang dihidrolisis bisa bertambah 53,6% sampai 87,9%. Hijauan rumput yang biasa jadikan pakan ternak seperti rumput alam, rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput setaria (Setaria sphacelata), rumput benggala, rumput raja (Pennisetum purpureophoides). Sedang type leguminosa seperti lamtoro (Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn), gamal (Gliricidia sepium), turi (Sesbania grandiflora), albesia. Bekas hasil pertanian yang bisa jadikan sumber hijauan pakan ternak seperti jerami padi, daun serta tongkol jagung, jerami kacang tanah. Jerami padi memiliki kandungan serat yang tinggi serta kandungan daya rendah hingga nilai cernanya rendah. Karena itu dibutuhkan satu perlakuan supaya gampang diolah yakni dengan proses fermentasi. Produktivitas ternak ruminansia bisa diperbaiki dengan manfaatkan mikroorganisme/probiotik dalam pakan untuk tingkatkan kualitas pakan serta melakukan perbaikan keadaan rumen. 

Pemakaian tepung bulu ayam jadi alternatif sumber protein pakan konvensional (bungkil kedelai) sampai 40% dari keseluruhan protein ransum memberi tanggapan biologis yang baik. Pemakaian tepung bulu unggas dapat tingkatkan mengonsumsi bahan kering, hal itu memberikan indikasi jika ransum dengan tepung bulu unggas memiliki palatabilitas (potensi untuk rasakan, mencicip, mencicipi makanan dll) yang tinggi. 

Penambahan mengonsumsi protein yang disertai dengan penambahan bertambahnya berat hidup harian, adalah keinginan penambahan protein badan, sebab protein yang di mengonsumsi, sejumlah besar adalah protein yang memiliki tingkat kecernaan dalam rumen yang rendah (RUP), namum tingkat protein by pass yang tinggi. Jadi protein yang dimasukkan ke rumen cuma sejumlah kecil saja yang alami perombakan jadi NH3, tapi cukup memberi dukungan perkembangan mikroba dalam rumen. Sejumlah besar protein akan masuk ke aliran pencernaan pascarumen serta dapat memasok asam amino yang cukup untuk keperluan ternak. Dengan pengucapan lain, pemberian tepung bulu jadi sumber protein tidak tercerna dalam rumen dapat tingkatkan supply keseluruhan asam amino dalam usus halus sekaligus juga bisa melakukan perbaikan profile asam amino. 

Kelebihan pemakaian tepung bulu ayam untuk ternak ruminansia ialah tepung memiliki kandungan protein yang tahan pada perombakan oleh mikroorganisme rumen (rumen undegradable protein / RUP), tapi dapat diuraikan dengan enzimatis pada aliran pencernaan saat rumen. Nilai RUP itu sekitar 53-88 persen, sesaat nilai kecernaan tepung bulu ayam dalam rumen cuma 12-46 persen. Menurut pengalaman Thomas serta Beeson pemakaian tepung bulu ayam dalam ransum harus/semestinya digabungkan dengan urea (1977) . Seterusnya tepung bulu bisa dipakai pada level tidak kurang dari 4 persen dari keseluruhan formula ransum tanpa ada membuat produktivitas unggas turun. Makin baik pengolahannya, akan makin baik juga hasilnya. Makin banyak dipakai tepung ini malah akan mendesak prestasi unggas, produksi telur menyusut serta bertambahnya berat tubuh turun (Rasyaf, 1992). 

Sampah bulu ayam basah tanpa ada diolah sudah diperjualbelikan pada harga rata-rata Rp.200/kg, sedang jika telah diolah jadi tepung bulu kering harga nya sampai Rp. 2.500/kg. Merujuk pada nilai itu jumlahnya ayam yang dipotong /hari akan berkesempatan memberi penambahan pendapatan sambilan dari penjualan bulu ayam yang cukup menjanjikan.

Sumber : http://bbppbatu.bppsdmp.pertanian.go.id/modules/posting/2017-07/26-tepung-bulu-ayam-untuk-hewan-kesayangan.html/

Subscribe to receive free email updates: